Kaitan Penyakit Autoimun Rheumatoid Arthritis dengan Risiko Sulit Hamil
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Aktris Enzi Storia dikabarkan kesulitan hamil karena mengidap penyakit autoimun. Tahun lalu, Enzy mengatakan ia didiagnosis menderita autoimun rheumatoid arthritis (RA) pada usia 17 tahun dan kondisinya perlahan membaik.
Apa sebenarnya kaitan penyakit autoimun rheumatoid arthritis dengan risiko sulit hamil? Dokter Spesialis Kebidanan Dr Tawfiq Jamman, SpOG mengatakan, penyakit autoimun bisa terjadi pada siapa saja, baik sebelum hamil, saat hamil, atau setelah hamil. Artinya, jika Anda tidak hamil, mungkin ada penyebab berbeda karena menimbulkan reaksi peradangan.
Sedangkan untuk rheumatoid arthritis (RA), penderita penyakit ini banyak mengalami peradangan pada persendiannya dan positif faktor RA. “Rheumatoid arthritis, jadi ada peradangan di persendian. Peradangan bisa kemana saja, bisa ke seluruh tubuh, bisa ke sistem peredaran darah, bisa ke sistem hormonal, sehingga bisa menimbulkan kondisi yang kadang disebut kondisi hiperkoagulasi, kata Dr Tawfik kepada Republika.co. id dihubungi Kamis (4/4/2024).
Menurut dokter yang berpraktik di RSIA Bunda Menteng, RS Hermina Jatinegara, dan RS Brawijaya Saharjo ini, kondisi hiperkoagulasi adalah kondisi darah menjadi kental. Jika darah mengental, suplai makanan ke rahim berkurang.
Jika suplai ovarium kurang, berarti kualitas sel telur dan kualitas rahim akan menurun. Itu sebabnya, jika memang terjadi penggumpalan darah, kata dr Tawfiq, pasien tersebut kerap diberikan obat pengencer darah.
Selain itu, pasien juga mendapat obat kortikosteroid. Tujuan dari obat ini adalah untuk mencegah reaksi inflamasi.
Karena kondisi Enzy, saya belum tahu hasil laboratorium darahnya, jadi saya ambil secara umum ya, kata dr Tawfik.
Ia mengatakan, pasien yang terkadang menderita hingga darah mengental memiliki masalah selama kehamilan atau selama kehamilan. Apabila darahnya masih kental, sebaiknya pasien menggunakan obat pengencer darah seperti Ascardia, Aspilets atau suntikan pengencer darah agar makanan dapat mengalir dengan lancar ke janin.
Jika tidak, kata Dr. Tawfiq, janin tidak berkembang atau janin tidak tumbuh, yang disebut dengan intrauterine growth Restriction (IUGR). Saat ditanya seberapa besar kemungkinan wanita pengidap autoimun rheumatoid arthritis bisa hamil, dr Taufik mengaku belum tahu. Hal ini tergantung pada kondisi pasien.
“Kita belum tahu kemungkinannya seperti apa, tergantung kondisi pasien,” ujarnya.
Kata Dr. Tawfiq, bila kadar rheumatoid arthritis masih ringan biasanya tidak menjadi masalah. Jadi bisa diobati. Namun, misalnya jika tingkat penyakit rheumatoid arthritis sedang atau berat, tentu diperlukan pengobatan terlebih dahulu.
“Karena dia sedang mengonsumsi obat-obatan yang bersifat kortikosteroid atau obat yang menekan autoimunitasnya, maka tidak disarankan baginya untuk hamil saat ini, terutama jika dia sedang mengonsumsi obat-obatan yang tidak disetujui untuk kehamilan, seperti metotreksat, yang dapat membahayakan kehamilan, kan?” kata Dr Tawfiq.
“Jadi berapa persen kondisi pasien itu tergantung status atau kondisi penyakitnya, bisa ringan, bisa sedang. Jika mudah, tidak masalah, teruskan.”