Jangan Sembarangan Nebulizer di Rumah Saat Anak Sakit, Kapan Harus ke RS?

Read Time:1 Minute, 41 Second

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Saat anak mengidap penyakit pernafasan, seperti serangan asma, tidak jarang orang tua melakukan penyemprotan atau uap sendiri di rumah. Penggunaan nebulizer seringkali dipilih sebagai bantuan untuk meredakan serangan.

Namun, penggunaan mandiri di rumah tampaknya masih memerlukan pengawasan medis. Ada baiknya Anda berkonsultasi terlebih dahulu dan mengetahui kapan harus segera mencari pertolongan medis.

Dokter Anak Dr. Robert Soetandio mengatakan, untuk menangani serangan asma di rumah, Anda bisa memberikan obat-obatan yang telah diberitahukan dokter jika Anda pernah mengalami serangan di masa lalu. Paling banyak, pengobatan ini dapat diulangi di rumah hanya dua kali, dengan selang waktu 20 menit.

“Jika Anda masih sesak napas, berarti Anda perlu ke rumah sakit,” kata dr. Robert baru-baru ini bersama Republika.co.id.

Menggunakan aerosol di rumah memang baik, namun memiliki risiko tersendiri. Jangan biarkan hal ini digunakan secara tidak tepat atau dengan istilah yang tidak jelas.

Dr Robert mengatakan, tidak semua mengi dan sesak napas merupakan asma. Sehingga jika terjadi hal seperti ini, Anda perlu segera memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan diagnosisnya agar pengobatannya tepat.

Dijelaskannya, pemberian obat melalui inhalasi dimaksudkan sebagai pereda (pengobatan cepat sesak napas). Atau mengendalikannya (pengendalian jangka panjang untuk mengurangi frekuensi asma) adalah pilihan utama bagi anak penderita asma.

“Dengan pengobatan ini, penyembuhan lebih cepat dan efek samping minimal dibandingkan pemberian obat secara oral atau suntikan,” lanjutnya.

Beberapa inhaler, seperti inhaler bubuk kering. Inhaler atau nebulizer bertekanan. Jenis obat yang diberikan tergantung pada jenis sesak napasnya, apakah digunakan sebagai obat kontrol atau obat pereda.

Frekuensi pemberian juga tergantung pada dispnea dan frekuensi serangan. Seperti obat lain, inhalasi juga mempunyai efek samping, meski tidak seserius obat oral atau suntik. Takikardia (denyut jantung cepat) merupakan efek samping penting dari obat yang bekerja lambat. Jika digunakan terlalu lama dapat membuat rongga mulut menjadi padat.

“Beberapa obat juga dapat menyebabkan hipersensitivitas (resistensi) jika digunakan secara sembarangan. Oleh karena itu gunakanlah obat dengan benar dan bijak,” tambah dr. Robert kita.

Nebulizer asma terbagi menjadi dua, obat pereda (bronkodilator) SABA salbutamol, terbutaline, ipratropium bromide; LABA. Kedua, pengontrol kortikosteroid.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Penyakit Mentalnya tak Bakal Sembuh, Wanita Belanda Pilih Jalani Euthanasia
Next post Kemenparekraf: Kunjungan Wisata Tertinggi di Jawa Selama Libur Lebaran